Cari Blog Ini

Senin, 21 Maret 2011

Kathy, Wanita Amerika Yang Dapat Hidayah Melalui al-Qur’an Terjemahan

Setelah tidak mengajar lagi di sekolah-sekolah Amerika, saya bekerja sebagai direktur salah satu sekolh-sekolah Islam yang ada di distrik Washington. Di sana, ada pemandangan yang menggugahku, yaitu prilaku seorang wanita asal Amerika yang bekerja sebagai sekretaris. Ia merupakan contoh wanita yang pemalu, anggun dan bersungguh-sungguh bagi wanita-wanita Muslimah. Lalu saya ceritakan hal itu kepada isteri saya sembari memperbandingkan prilakunya dnegan kebanyakan wanita yang dilahirkan sebagai Muslimah tetapi tidak komitmen terhadap hijab dan etika Islami dalam berinteraksi dengan laki-laki asing

Ketika saya tanyakan kepada isteri saya, ia menceritakan kepada saya kisah keislaman si wanita Amerika yang sungguh aneh. Berikut penuturan wanita Amerika itu seperti yang diceritakannya kepada isteri saya:

Ketika masih belajar di SD, ibuku sering menemani ke perpustakaan umum terdekat. Dan, sudah menjadi tradisi perpustakaan-perpustakaan umum, bahwa ketika terdapat beberapa set buku yang sama, maka minat terhadapnya berkurang. Atau kalau ada beberapa set buku yang rusak, maka ia tidak dibuang begitu saja tetapi dijual dengan harga obral yang sangat murah. Suatu kali, ketika perpustakaan menawarkan buku-buku seperti ini, aku membeli salah satunya dengan harga 5 atau 10 Cent yang aku ambil dari kocek khususku. Ini aku lakukan karena rasa ingin memiliki buku dan mendapatkan sesuatu yang spesial. Ketika itu, aku belum tahu apa isinya. Aku hanya meletakkannya di perpustakaan khususku di kamar kemudian dimasukkan ke dalam salah satu kardus dengan buku lainnya yang sudah jelek dan terlupakan.

Hari demi hari pun berlalu dan tak terasa aku sudah menamatkan SD, SLTP dan SLTA. Aku beruntung karena diterima kuiah di salah satu fakultas. Dan, adalah sebuah hikmah dan rahasia dari Allah bahwa aku memasuki fakultas Sastra dan memilih spesialisasi di bidang ilmu perbandingan agama di mana lebih memfokuskan pada tiga agama besar; Yahudi, Nashrani dan Islam. Manakala di jurusan tersebut tidak terdapat seorang dosen yang beragama Islam, maka yang kentara dibicarakan adalah gambaran Islam yang sudah tercoreng. Karena itu, aku tidak begitu interes dengannya. Selanjutnya, aku tidak menemui kendala apa pun untuk melewati kurikulum-kurikulum studi sehingga berhasil lulus dan memperoleh gelar sarjana.

Buku Yang Amat Berkesan!

Setelah lulus kuliah, mulailah tahap mencari pekerjaan. Berhubung spesialisasiku termasuk spesialisasi yang sedikit mendapatkan tawaran kerja, ditambah secara umum memang lowongan kerja juga tidak banyak di kawasan yang aku tinggali, maka dengan cepat aku dicekam rasa kecewa dan bosan dalam mencari lowongan kerja tersebut. Akhirnya, sebagian besar waktu, aku habiskan di rumah alias menjadi pengangguran!! Selanjutnya untuk mengisi kekosongan waktu, aku membongkar dan membuka-buka kembali buku-buku yang dulu pernah aku beli. Saat itulah, aku menemukan buku yang telah aku beli sejak kecil dan nampak sudah tertimbun debu. Karena dibeli sejak masih kecil dari kocek pribadi, tentu ia begitu mengesankan dan istimewa bagiku seakan sekeping peninggalan berharga.

Aku ambil buku itu, lalu aku bersihkan. Selanjutnya, aku mulai membacanya…Ternyata ia adalah kitab al-Qur’an terjemahan dalam bahasa Inggeris. Mulailah aku membacanya dengan penuh perasaan dan keseriusan. Aku betul-betul tertarik dengannya. Setelah agak banyak membacanya, rupanya sama sekali berbeda dengan opini dan pendapat yang selama ini aku dapatkan di kampus mengenai Islam. Gambaran Islam di dalamnya juga amat berbeda dari gambaran yang dikatakan para dosen di fakultas mengenai agama ini dan al-Qur’an.

Aku mulai bertanya-tanya: sedemikian bodohkah para dosenku di kampus? Ataukah mereka sengaja berbohong ketika menyinggung tentang Islam dan al-Qur’an? Aku terus mengulangi dan membacanya dengan penuh rasa puas dan ingin tahu mengenai apa ajaran dan petunjuk yang dikandungnya. Dan begitu menyudahinya, aku langsung memutuskan; selama Islam itu begini gambarannya, maka aku harus segera memeluknya dan menjadi seorang Muslimah.!

Setelah itu, aku menghubungi salah seorang Muslim dan bertanya kepadanya bagaimana cara masuk Islam. Setelah mendengar penjelasannya, aku kembali tercengang karena demikian gampang dan mudah prosesnya. Alhamdulillah, aku pun masuk Islam dan menikah dengan seorang pemuda Muslim asal Afghanistan.

Sekarang kami sudah menjadi salah satu keluarga di kota ini (Washington-red). Kami memohon kepada Allah agar menerima amal kami dan memantapkan kami dalam dien-Nya…

(Sumber: Situs Islamway, terjemah ke dalam bahasa Arab oleh Dr Abdul Hamid Al Abdul Jabbar)

Setelah Sekian Tahun Berdialog, Wanita Ukraina Itu Akhirnya Memeluk Islam

Ketika itu awal tahun ajaran baru, universitas telah membukakan pintunya untuk menerima mahasiswa-mahasiswa baru, termasuk aku. Mata kuliah pertama dimulai dan aku memasuki ruang kuliahku. Aku duduk dan disampingku duduk pula seorang wanita muda yang dianugerahi Sang Pencipta kecantikan yang luar biasa, siapa pun pasti akan terkesima memandangnya.

Di sela-sela mata kuliah, aku memperkenalkan diri kepadanya dan menanyakan namanya. Ia menjawab dengan tersenyum yang menunjukkan betapa lembut dan halusnya pergaulannya. Kami pun kemudian larut dalam percakapan. Pembicaraan kami menyentuh masalah mata kuliah, kehidupan, hobi dan sebagainya. Dari logatnya, aku tahu ia wanita asing. Ia tidak bisa berbahasa Arab dan hanya menggunakan bahasa Perancis, itu pun tidak lancar. Aku akhirnya tahu pula bahwa ia tidak tinggal di negeri Arab di mana kami tinggal dan belajar. Ia datang dari negeri yang jauh, suhu udaranya sangat dingin, sering diselimuti salju di lereng-lereng dan perbukitannya. Barangkali juga menyelimuti pula hati sebagian penduduknya. Ia berasal dari Ukraina.!!

Hari-hari pun berlalu sementara hubungan kami lambat laun semakin akrab hingga akhirnya menjadi teman dekat. Dari pertemanan itu, aku mengetahui ia penganut agama Kristen Orthodoks. Diam-diam aku gunakan kesempatan ini untuk menawarkan Islam kepadanya tetapi segenap upayaku untuk meyakinkannya gagal. Penyebabnya amatlah aneh sekaligus menyedihkan.!!

Apa yang aku informasikan kepadanya mengenai Islam tidak sinkron sama sekali dengan kondisi kaum muslimin yang dilihatnya. Andaikata ia berada di negeri asing (non Islam) lainnya tentu kondisinya paling tidak akan lebih mudah sebab ia bisa membandingkan antara jurang kehidupan asing dan toleransi dan peradaban Islam. Hasilnya, dapat dipastikan akan berpihak pada kebenaran dan agama al-Haq.

Masalahnya, aku sangat sedih karena agama yang aku ceritakan kepadanya adalah juga agama yang sering ia berinteraksi dengan para pemeluknya di negerinya. Ia sering melihat mereka berpuasa Ramadhan, shalat, berhari raya, dan seterusnya.

Manakala aku berbicara kepadanya mengenai agama kejujuran, amanah dan kasih sayang, realitanya ia melihat dan mendengar sendiri kebohongan dan kecurangan di dalam praktik ujian, kebiasaan menggunjing dan mengadu domba dari para pemeluknya sendiri!!

Manakala aku berbicara kepadanya mengenai agama yang memiliki akhlak yang mulia dan kesucian, realitanya ia melihat kaum wanita dan kaum laki-laki dari para penganutnya melakukan gaya hidup ‘permisivisme’. Betapa banyak orang yang mengaku beragama Islam mengajaknya pergi keluyuran dan meminta kepadanya minuman keras padahal Islam melarang khamer dan zina!!!

Manakala aku berbicara kepadanya mengenai agama yang menganjurkan untuk bekerja, bersemangat dan bersungguh-sungguh, realitanya ia melihat kemalasan dan keterbelakangan mewarnai setiap pojok. Amat kontras dengan konsep agama ini sendiri.

Di sisi lain, sangat disayangkan ketika ia melihat laki-laki dan wanita yang komit hidup malah mengisolir diri dari keramaian manusia dan lingkungannya. Mereka seakan menganggap Islam hanyalah sebatas pakaian dan perkara ibadah, mengingkari orang lain dan menjauhi apa yang mereka lihat salah dan menyimpang. Jadilah dalam interaksi mereka dengan orang lain seakan sedang menjauhi penyakit menular dan berbahaya yang ada pada orang lain tersebut. Penyakit yang harus diberantasnya, diisolir dan diajuhi sejauh-jauhnya.!!! Padahal Islam adalah agama nasehat, petunjuk, kerja dan memberi. Rasulullah SAW sendiri bersabda, “Agama itu adalah Mu’amalah (interaksi).” Dan dalam lafazh yang lain, “Agama itu adalah nasehat.”

Jadi antara Islam dan umat Islam seakan ada dua sisi ‘ekstrem’; ekstrem lentur (tidak berpendirian) dan jauh dari ajaran-ajaran Allah. Satu lagi, ekstrem orang yang mengira bahwa mereka berada di atas kebenaran dengan membatasi agama hanya pada perkara-perkara ibadah saja atau dapat disebut dengan ‘egois’.

Inilah kerumitan tema besar ini. Menurut dia, selama seseorang berpegang pada suatu prinsip tertentu dalam kehidupannya, maka sudah seharusnya pengaruh-pengaruh dari prinsip dan aqidahnya itu tampak pada dirinya. Bila suatu prinsip itu benar, maka hasilnya pun akan menjadi positif sedangkan bila hasilnya negatif, maka metode yang diikuti itu adalah salah besar.

Dalam hal ini, aku harus membuktikan hal yang sebaliknya dan menampakkan kepadanya kesalahan judgment-nya terhadap agama yang paling utama bagi seluruh umat manusia ini; ISLAM.

Seiring dengan bergeraknya lika-liku kehidupan, mata kuliah yang bertumpuk dan ujian demi ujian kuliah, kami akhirnya sedikit menjauh dari tema tersebut. Dan selang tak berapa lama kemudian, kami ditakdirkan untuk berpisah…

Kira-kira dua atau tiga tahun pun berlalu dengan cepat. Rupanya, dalam masa itu, Allah menghendaki kami bertemu kembali. Cuma kali ini sedikit berbeda, kalau dulu aku belum banyak memahami masalah agama dan belum mengenakan hijab, kali ini aku sudah mengenakannya alias secara mental aku merasa sangat siap. Ketika bertemu, ia begitu kaget melihat perubahan pada diriku dan lantas bertanya-tanya tentang sebab keputusanku tersebut. Saat itulah, aku menggunakan kesempatan baru ini dengan penuh rasa percaya diri akan lebih mampu membuatnya puas dan yakin sebab aku merasa pengetahuan agamaku pun sudah lebih luas dari sebelumnya, di samping nikmat yang Allah anugerahkan kepadaku hingga dapat berkomitmen dengan ajaran agama-Nya.

Benar saja, kali ini amat banyak berbeda dengan di masa-masa lalu. Ia lebih memperhatikan dan lebih khusyu’ mendengarkan. Aku terus berbicara dan berbicara. Lalu….tiba-tiba ia menangis terisak-isak! Rupanya selama perpisahan itu ia telah melalui hidup yang amat sulit dan ditimpa berbagai masalah. Pada dasarnya, apa yang aku bicarakan hanya seputar Allah, dien, iman dan kedamaian yang diberikan Islam. Sepertinya ia tergerak untuk melakukan sesuatu tapi kemudian mengurungkannya. Seakan aku telah berbicara kepadanya mengenai ‘pelabuhan aman’ yang ia dapatkan dirinya amat membutuhkannya namun ia tidak tahu bagaimana bisa sampai ke sana. Bahkan takut untuk mengambil langkah. Kebingungannya semakin bertambah, khususnya bahwa penyebab permasalahan yang dialaminya adalah orang-orang yang selama ini mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang Islam.!!!

Kami pun kembali berpisah. Dan, tahun ini -setelah dua tahun berlalu-, kami bertemu kembali saat kami akan menyelesaikan studi. Tetapi bagiku, pertemuan kali ini adalah pertemuan yang amat menentukan, sebab ia akan mendiskusikan skripsi yang dibuatnya dan akan menikah dengan seorang Muslim lalu bersama suaminya itu nanti akan pergi ke negara selatan. Pertemuanku dengannya ini barangkali yang terakhir kali dan lamanya tidak akan lebih dari 3 minggu.

Aku berdoa kepada Allah SWT dengan segenap hati semoga Dia membukakan pintu hidayah untuknya. Ia seorang wanita yang pintar, lembut dan memiliki sifat-sifat terpuji yang demikian banyak. Aku bertawakkal kepada Allah, Yang Maha Hidup lagi Maha Berkuasa, meminta taufiq dari-Nya. Tatkala aku sudah berancang-ancang untuk mendakwahinya kembali, terbersit di hatiku untuk meminta bantuan salah seorang temanku di situs ‘islamway’. Ia seorang pemuda yang menyumbangkan kehidupannya untuk mendakwahi orang-orang Rusia ke dalam Islam. Aku beritahukan kepadanya perihal kerumitan yang aku hadapi via internet dan meminta nasehatnya karena menganggapnya lebih mengetahui kondisi orang-orang di kawasan tersebut. Aku jelaskan kepadanya bahwa waktuku sangat sempit sekali dan aku sudah bertekad harus berhasil dalam misiku kali ini.

Lalu kami sepakat untuk melakukan beberapa langkah, terutama sekali, meyakinkan teman wanitaku tersebut agar tidak membanding-bandingkan Islam dengan kondisi sebagian umat Islam yang dilihatnya. Selanjutnya menegaskan kepadanya agar mengenal Islam yang hakiki yang tidak tercemari oleh apa pun. Dalam hal ini, aku disarankan agar mengenalkan kepada teman wanita itu beberapa situs dakwah berbahasa Rusia. Karena itu, aku harus mengirimkannya ke emailnya. Untung saja, aku bertemu dengannya sebelum itu. Pertemuan itu adalah pertemuan yang hangat sebab sebentar lagi kami akan berpisah untuk waktu yang lama. Persahabatan kami selama beberapa tahun berlalu dihiasi dengan rasa kasih sayang dan kecintaan. Kami akhirnya bertukar cerita dan pikiran. Kemudian aku bertanya kepadanya secara terus terang, “Bagaimana kondisimu dengan Islam.?” Ia tertawa seraya berkata, “Kamu masih menyinggung masalah itu.?” “Aku tidak akan menyerah, mari kita selesaikan masalah yang masih mengganjal di antara kita, “ pintaku.

Kami mengambil tempat untuk duduk-duduk. Aku katakan kepadanya, “Biarkan kita pecahkan kerumitan itu kali ini.!” Akhirnya, kami berbicara tentang wujud Allah (Di saat-saat merasa dirinya tak berdaya, ia sering mengingkari wujud-Nya dengan alasan setiap ia berhajat kepada-Nya, tidak pernah doanya dikabulkan). Kami kemudian sepakat atas masalah ‘wujud’ Allah ini. Aku berbicara lagi mengenai keberadaan dunia dan akhirat serta tujuan keberadaan manusia, bahwa ia nantinya akan dihisab dan juga tentang surga. Namun betapa terkejutnya aku ketika ia menyeletuk, “Kalau begitu, aku lebih memilih pergi ke neraka bersama bangsaku, orang-orang Rusia daripada harus pergi ke surga bersama mereka (maksudnya, kaum muslimin Rusia).!!”

Jelas sekali, kerumitan itu masih tetap mengganjal. Aku mencoba untuk mencontohkan kepadanya, “Dunia ini penuh dengan orang-orang yang menamakan diri mereka orang-orang masehi dan secara logika, orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang menganut agama al-Masih, ‘Isa dan al-‘Azra’, Maryam!!”

Aku melanjutkan, “Akan tetapi apakah masuk akal, sebuah bangsa yang menganut agama paling suci dan wanita paling suci yang dikenal umat manusia, yang dipilih Allah karena kesuciannya tetapi tidak berakhlak dan berbudi pekerti, di tengah masyarakatnya marak semua kebobrokan, penyakit sosial dan dekadensi moral? Apakah pantas kita memvonis suatu agama dan manhaj langit sebagai ajaran batil hanya karena kesesatan sebagian para pengikutnya? Maka demikian pulalah halnya dengan Islam, agama yang telah Allah SWT pilih dari sekian agama. Kita tidak berhak memvonisnya berdasarkan kesalahan yang dilakukan sebagian para pengikutnya dan mereka-mereka yang tidak memahami makna dan prinsip-prinsipnya yang toleran hanya lantaran satu dan lain sebab.!“

Kemudian kami beralih ke pembicaraan mengenai hubungan antara hamba dan Rabbnya sembari menekankan bahwa hal paling ringan yang perlu dilakukan seorang hamba adalah mensyukuri nikmat-nikmat yang dianugerahkan Allah atasnya sebab Dia adalah Pencipta manusia yang mengaruniakan kepada mereka segala sesuatu.

Dalam pembicaraanku dengannya, aku memfokuskan pada hubungan cinta timbal balik yang harus terjadi antara seorang hamba dan Rabbnya dan bagaimana seorang manusia wajib percaya penuh kepada Sang Pencipta, Yang memuliakannya.

Kami juga berbicara tentang faedah shalat yang menekankan hubungan antara hamba dan Rabbnya. Aku berusaha untuk mendekatkan pemahaman seputar hubungan tersebut dengan menyebutkan bagaimana seorang Muslim menghayati shalatnya, ketundukan, doa dan dzikirnya serta bagaimana Allah SWT akan mengingat orang yang mengingat-Nya, mengampuni dan menganugerahinya nikmat di dunia dan akhirat.

Temanku yang cantik itu mendengarkan dengan serius semua itu. Kemudian aku tanyakan kepadanya apakah ia paham isi dari apa yang aku paparkan. Ia menjawab, ‘Ya’ dan mengaku lebih puas dari sebelum-sebelumnya. Saat itu aku mempergunakan kesempatan itu untuk bertanya kepadanya, apakah ia beriman kepada wujud dan keesaan Allah SWT.? Rupanya ia menjawab, ‘Ya.’ Dan ketika aku tanyakan lagi, apakah ia juga beriman kepada keberadaan malaikat dan silih bergantinya utusan Allah yang datang di mana Muhammad SAW adalah nabi terakhir-Nya. Ia kembali menjawab, ‘Ya.’ Aku tanyakan lagi, apakah ia juga beriman kepada hari akhir dan hari perhitungan, maka ia pun menjawab, ‘Ya.’ Tak berapa lama, ia pun tak dapat menahan lagi untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam.

Betapa bahagianya aku ketika mendengarkan ia mengucapkan syahadat, ‘Asyhadu Anlaa Ilaaha Illallaah, Wa Anna Muhammadan Rasuulullah’ (Aku bersaksi bahwa tiada tuhan-Yang berhak disembah- selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah). Inilah akhir yang kunanti-nanti dan kini benar-benar telah teralisasi…..

Akan tetapi kemudian aku lebih khawatir lagi apa yang nantinya akan terjadi setelah itu, yaitu bahwa ia menyatakan hal itu semata sebatas basa-basi kepadaku sehingga tema yang selama ini kami perbincangkan berhenti hingga di sini saja. Aku khawatir, bahwa saat menyadarinya ternya mendapati dirinya masih berpegang dengan agama lamanya.

Setelah pertemuan itu, aku pergi untuk membeli beberapa buku saku Islam berbahasa Perancis guna kuhadiahkan kepadanya. Kemudian, aku pergi ke WARNET untuk mengirim sms kepadanya via situs-situs Islam berbahasa Rusia sebagaimana yang dipesankan teman seperjuangan dalam dakwah beberapa waktu lalu. Aku juga memberitahukan kepada temanku yang aktifis dakwah itu bahwa wanita ukraina, temanku itu telah masuk Islam.

Selanjutnya, aku menunggu balasan dari temanku yang sudah masuk Islam itu dengan sabar dan ketika ia sudah membalasnya, aku seakan dibawa terbang sebab semangatnya untuk mengenal lebih banyak lagi tentang Islam dan betapa senangnya ia dengan situs-situs yang aku sebutkan itu sungguh luar biasa. Ketika itu, tahulah aku bahwa ia memang benar-benar serius masuk Islam. Karena itu, aku sangat bersyukur sekali kepada Allah… Akhirnya, wanita Ukraina itu masuk Islam…!!

(Sumber: Dari sebuah situs Islam berbahasa Arab)

Lorance Ravin, Wanita Perancis Yang Masuk Islam Karena Informasi Di Situs Internet

“Saya menerima 10 surat setiap harinya dari orang Yahudi yang berkata, ‘kembali saja ke agama Yahudi!’”

Internet rupanya telah menjadi media yang efektif bagi dakwah Islam. Situs-situs Islam dengan mudah diakses oleh seseorang dari mana saja untuk mengambil informasi tentang Islam yang sangat berharga yang pada akhirnya membimbing seseorang kepada Islam. Lorance, seorang wanita Perancis, yang masuk Islam adalah salah satu contohnya. Dilahirkan di Perancis pada 1974, ia mendapatkan gelar sarjana Teknologi Komunikasi dari Quebec, Kanada dan saat ini tinggal di Maroko. Ia menulis kisah tentang dirinya di situs pribadinya :www.geocities.com/athens/delphi768. Berikut adalah wawancara kami (Muhammad Yusuf , Al-Daawah Monthly Islamic Magazine) dengan dirinya:

Dakwah (D) : Bagaimana asal muasal anda masuk Islam melalui internet?

Lorance (Lrc) : Pada awalnya saya telah lama mengetahui tentang hak-hak wanita di dalam Islam karena isu ini adalah kritikan utama di media-media Barat. Saya mulai membandingkan kedudukan wanita di dalam agama Islam, Kristen dan Yahudi. Saya sungguh terkejut ketika mendapati kesimpulan akhir bahwa Islam telah memberikan hak-hak perempuan lebih dari apa yang diberikan oleh agama-agama lainnya. Sejak itulah saya menyadari informasi media telah berbohong kepada kita. Maka dari itu saya menjadi ingin tahu lebih dalam tentang Islam. Tidak mudah bagi saya untuk menerima pemikiran-pemikiran Islam yang baik itu sehingga saya mencoba segala cara terbaik untuk menemukan sesuatu yang tidak logis di dalam Islam namun semua usaha saya sia-sia. Saya mulai menyadari Islam harus diambil utuh dan tidak sepotong-potong. Terima kasih Allah, saya bisa menjelajah banyak situs di internet yang memberikan informasi sebenarnya tentang Islam. Saya tahu banyak orang selain saya yang memeluk Islam dengan cara yang sama.

D : Bagaimana dengan situs anda di internet?

Lrc : Saya tidak berbicara secara terperinci di situs saya tentang berbagai kesulitan yang saya hadapi. Bagaimanapun juga, toh saya harus berbicara dengan mereka saat ini. Di Maroko, pada awalnya saya mengalami kesulitan karena saya tidak berinteraksi dengan Muslimin sebelum datang ke Maroko. Saya hidup sendiri dengan Islam melalui buku. Di Maroko, saya harus hidup dengan budaya, tradisi bahkan kebiasaan yang berbeda dengan di Perancis.

Hal lain yang tidak saya utarakan di situs saya adalah tentang aspirasi saya di masa depan. Pertama, saya ingin belajar bahasa Arab. Saya baru saja memulainya dan tentu saja masih sangat jauh. Saya harus lebih banyak belajar tentang agama baru saya karena beberapa orang meminta saya untuk berpartisipasi dalam berbagai konferensi dan pertemuan. Bagaimanapun, saya tidak dapat memberikan materi tanpa pengetahuan. Saat ini saya bekerja di sebuah situs internet di Perancis dan saya ingin menggunakan keahlian saya di bidang komputer untuk pelayanan Islam. Saya punya beberapa pemikiran, mungkin saya akan membuat beberapa program untuk wanita atau anak-anak. Namun saya belum memutuskannya untuk saat ini. Banyak yang harus saya kerjakan dan banyak ide-ide yang ingin saya wujudkan. Bagaimanapun masalah yang saya hadapi saat ini adalah saya tidak dapat melakukan semua hal tersebut dalam satu waktu karena saya juga harus bekerja untuk hidup saya.

D : Nama anda adalah Laila Ravin (dulu Lorance Ravin, -pent). Apakah anda seorang Yahudi Perancis atau Kristen?

Lrc : Bukan! Saya bukan asli Yahudi. Beberapa orang Yahudi mengunjungi situs saya dan mengirimkan surat-surat yang mengatakan bahwa mereka adalah Yahudi seperti saya. Mereka bingung dengan kesamaan nama (marga) tersebut. Mereka bertanya mengapa saya tidak kembali saja ke agama Yahudi? Saya ingin tekankan bahwa saya dulu seorang Kristen dan bukan Yahudi. Saya menerima 10 surat sehari dari orang Yahudi yang mengira bahwa saya seorang Yahudi. Sekarang saya seorang Muslim dan bangga menjadi seorang Muslim.

D : Selamat atas masuknya anda ke dalam Islam. Maukah anda menceritakan kepada kami perasaan anda ketika masuk Islam. Apakah situs Islam memberikan penjelasan lengkap dan komprehensif tentang agama Islam?

Lrc : Pertama kali yang saya rasakan adalah semacam ketenangan, kedamaian dan keheningan. Berikutnya, saya merasakan ketakutan akan masa depan saya karena keluarga saya bukanlah Muslim. Awalnya, mereka menerima keadaan yang baru ini. Namun pada saat saya menggunakan jilbab, beberapa sanak saudara saya memutuskan hubungan terutama ayah saya sendiri. Bagaimanapun keimanan saya kepada Allah membuat segala ketakutan itu sirna.

Mengenai situs Islam, empat tahun yang lalu (sekarang 2002, -pent) tidaklah sebanyak seperti saat ini. Hari ini, kita mendapati banyak situs berisi informasi yang bagus namun sayangnya tidak di desain dengan baik. Saya kira situs Islam harus meningkatkan kualitasnya sekarang sehingga siapa saja yang mencari kebenaran akan menemukannya. Saya berbicara tentang situs berbahasa Inggris karena saya tidak dapat mengakses situs berbahasa Arab. Sebagaimana situs Perancis, banyak usaha yang harus dibuat. Ada juga beberapa situs yang berisi informasi yang bagus namun sayangnya tidak mencukupi dan memuaskan. Beberapa situs malah cuma menyediakan sedikit informasi.

D : Apa yang paling penting dalam tahapan hidup anda?

Lrc : Pertama, saya harus menterjemahkan kisah saya ke bahasa Arab yang saya, insya Allah, kerjakan segera. Sekarang saya akan berikan anda secara garis besar. Saya dilahirkan dalam keluarga Kristen. Apa yang saya butuhkan terpenuhi termasuk pendidikan dan kesenangan. Saya dimanjakan kakek dan nenek saya. Merekalah yang memenuhi banyak keinginan-keinginan saya. Ketika kakek saya meninggal, saya mulai bertanya kepada diri saya banyak hal tentang Kristen khususnya hal-hal yang tidak masuk akal. Saya meninggalkan agama Kristen walaupun saya menghormatinya sebagai penghargaan saya kepada para pengikutnya namun saya tidak suka Kristen menjadi agama saya. Saya pergi ke Kanada untuk studi saya. Di sanalah ketertarikan saya kepada Islam bermula, terutama aspek-aspek yang berkaitan dengan wanita di dalam Islam. Ketika saya pergi ke Kanada, saya merasa pikiran saya lebih terbuka. Ketika seseorang meninggalkan negerinya, ia akan mendapati bermacam-macam tipe orang yang berbeda dari apa yang ia temui sebelumnya. Saya berminat mengetahui topik dan sesuatu yang berbeda. Pada mulanya sedikit membuat penasaran. Saya mulai merasakan bahwa saya tidak dapat mempercayai lagi media massa. Saya mulai membaca tentang keadaan wanita di dalam Islam dan kemudian tentang Islam secara umum. Saya menjadi Islam di Kanada. Beberapa minggu kemudian saya kembali ke Perancis setelah menyelesaikan studi. Bagaimanapun saya tidak suka tinggal di Perancis karena saya tahu saya tidak dapat mengenakan jilbab di sana dan tidak dapat bekerja jika mengenakannya. Maka dari itu, saya meninggalkan Perancis dan pergi ke Maroko. Saya memilin Maroko karena saya mempunyai beberapa saudara perempuan di sana dan saya mengetahui negeri ini dengan baik dan karena orang-orang di sini berbahasa Perancis.

D : Setiap Muslim merasa bangga menjadi Muslim. Ini kenyataan bagi setiap Muslim. Apa pendapat anda tentang pandangan ini?

Lrc : Saya sangat bangga menjadi seorang Muslim. Ia adalah sebuah agama yang sangat indah. Sebuah agama samawi, mengandung nilai moral yang baik dan mulia, serta prinsip dan sikap yang baik. Agama yang logis, masuk akal dan sangat-sangat rasional. Saya merasakan kedamaian pada diri saya. Saya melihat orang-orang bergelimang dalam pencarian materialistik, saya merasakan mereka tidak bahagia di dalam dirinya. Saya lebih merasakan bahwa mereka kosong dari keimanan kepada Allah. Mereka tidak dapat tidur tenang. Saya merasakan saya berada dalam keadaan yang sangat baik karena saya yakin tidak ada keadilan hakiki di dunia, hanya ada di Akhirat. Islam indah karena memberikan manusia aturan-aturan untuk hidup secara keseluruhan. Segala hal di dalam Islam adalah yang terbaik bagi kehidupan manusia. Jika kita mengikuti aturannya, kita akan mendapatkan kehidupan yang penuh dengan kedamaian. Tentu saja saya tidak sedang bermimpi, toh saya memang hidup di dunia yang nyata. Saya menyadari tidak semua dipandang sempurna oleh kaum Muslimin namun saya tahu bahwa hidup ini singkat bahkan terlalu singkat bila dibandingkan dengan hari akhir dan keabadian.

D : Apa menurut anda cara terbaik untuk menyebarkan Islam ke kalangan non-muslim?

Lrc : Saya kira tidak hanya satu cara untuk meyakinkan orang kepada Islam. Setiap manusia berbeda satu sama lain dan setiap orang punya konsepnya sendiri tentang hidup dan kemampuan mereka sendiri untuk memahami berbagai persoalan. Beberapa orang percaya kepada sains, yang lain mungkin lebih sensitif dengan perasaan sementara selainnya justru lebih terpengaruh kepada tingkah laku. Saya kira kita harus mengenal orang sebelum berbicara tentang Islam. Kita harus tahu terlebih dahulu bagaimana cara yang tepat mengenalkan Islam kepada mereka. Banyak hal yang dapat meyakinkan orang kepada Islam namun tidak semua hal tersebut dapat menyentuh pikiran seseorang. Beberapa orang tertarik karena hak-hak wanita di dalam Islam, yang lain tertarik karena monoteisme yang menolak polyteisme. Beberapa orang menemukan ketertarikan mereka karena sistem sosial di dalam Islam sementara yang lainnya mempertimbangkan nilai moral yang mulia sebagai hal yang paling menarik di dalam Islam. Maka dari itu, sudah seharusnya kita mengetahui cara mengenalkan Islam guna memuaskan pencarian orang tentang agama yang mulia ini.


(SUMBER: Diterjemahkan oleh: B. Sandhi Kusuma Dari majalah Islam bulanan “Daawah” Edisi No. 3 Dzulqa’dah 1422H-Januari 2002 )

Kisah Aneh Seorang Pendeta Yang Masuk Islam

Mungkin kisah ini terasa sangat aneh bagi mereka yang belum pernah bertemu dengan orangnya atau langsung melihat dan mendengar penuturannya. Kisah yang mungkin hanya terjadi dalam cerita fiktif, namun menjadi kenyataan. Hal itu tergambar dengan kata-kata yang diucapkan oleh si pemilik kisah yang sedang duduk di hadapanku mengisahkan tentang dirinya. Untuk mengetahui kisahnya lebih lanjut dan mengetahui kejadian-kejadian yang menarik secara komplit, biarkan aku menemanimu untuk bersama-sama menatap ke arah Johannesburg, kota bintang emas nan kaya di negara Afrika Selatan di mana aku pernah bertugas sebagai pimpinan cabang kantor Rabithah al-'Alam al-Islami di sana.

Pada tahun 1996, di sebuah negara yang sedang mengalami musim dingin, di siang hari yang mendung, diiringi hembusan angin dingin yang menusuk tulang, aku menunggu seseorang yang berjanji akan menemuiku. Istriku sudah mempersiapkan santapan siang untuk menjamu sang tamu yang terhormat. Orang yang aku tunggu dulunya adalah seorang yang mempunyai hubungan erat dengan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela. Ia seorang misionaris penyebar dan pendakwah agama Nasrani. Ia seorang pendeta, namanya ‘Sily.’ Aku dapat bertemu dengannya melalui perantaraan sekretaris kantor Rabithah yang bernama Abdul Khaliq Matir, di mana ia mengabarkan kepada-ku bahwa seorang pendeta ingin datang ke kantor Rabithah hendak membicarakan perkara penting.

Tepat pada waktu yang telah dijanjikan, pendeta tersebut datang bersama temannya yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah salah seorang anggota sebuah sasana tinju setelah ia memeluk Islam, selepas bertanding dengan seorang petinju muslim terkenal, Muhammad Ali. Aku menyambut keda-tangan mereka di kantorku dengan perasaan yang sangat gembira. Sily seorang yang berpostur tubuh pendek, berkulit sangat hitam dan mudah tersenyum. Ia duduk di depanku dan berbicara denganku dengan lemah lembut. Aku katakan, "Saudara Sily bolehkah kami mendengar kisah keislamanmu?" ia tersenyum dan berkata, "Ya, tentu saja boleh."

Pembaca yang mulia, dengar dan perhatikan apa yang telah ia ceritakan kepadaku, kemudian setelah itu, silahkan beri penilaian.!

Sily berkata, "Dulu aku seorang pendeta yang sangat militan. Aku berkhidmat untuk gereja dengan segala kesungguhan. Tidak hanya sampai di situ, aku juga salah seorang aktifis kristenisasi senior di Afrika Selatan. Karena aktifitasku yang besar maka Vatikan memilihku untuk menjalankan program kristenisasi yang mereka subsidi. Aku mengambil dana Vatikan yang sampai kepadaku untuk menjalankan program tersebut. Aku mempergunakan segala cara untuk mencapai targetku. Aku melakukan berbagai kunjungan rutin ke madrasah-madrasah, sekolah-sekolah yang terletak di kampung dan di daerah pedalaman. Aku memberikan dana tersebut dalam bentuk sumbangan, pemberian, sedekah dan hadiah agar dapat mencapai targetku yaitu memasukkan masyarakat ke dalam agama Kristen. Gereja melimpahkan dana tersebut kepadaku sehingga aku menjadi seorang hartawan, mempunyai rumah mewah, mobil dan gaji yang tinggi. Posisiku melejit di antara pendeta-pendeta lainnya.

Pada suatu hari, aku pergi ke pusat pasar di kotaku untuk membeli beberapa hadiah. Di tempat itulah bermula sebuah perubahan!

Di pasar itu aku bertemu dengan seseorang yang memakai kopiah. Ia pedagang berbagai hadiah. Waktu itu aku mengenakan pakaian jubah pendeta berwarna putih yang merupakan ciri khas kami. Aku mulai menawar harga yang disebutkan si penjual. Dari sini aku mengetahui bahwa ia seorang muslim. Kami menyebutkan agama Islam yang ada di Afrika selatan dengan sebutan ‘agama orang Arab.’ Kami tidak menyebutnya dengan sebutan Islam. Aku pun membeli berbagai hadiah yang aku inginkan. Sulit bagi kami menjerat orang-orang yang lurus dan mereka yang konsiten dengan agamanya, sebagaimana yang telah berhasil kami tipu dan kami kristenkan dari kalangan orang-orang Islam yang miskin di Afrika Selatan.

Si penjual muslim itu bertanya kepadaku, "Bukankah anda seorang pendeta?" Aku jawab, "Benar." Lantas ia bertanya kepadaku, "Siapa Tuhanmu?" Aku katakan, "Al-Masih." Ia kembali berkata, "Aku menantangmu, coba datangkan satu ayat di dalam Injil yang menyebutkan bahwa al-Masih AS berkata, 'Aku adalah Allah atau aku anak Allah. Maka sembahlah aku'." Ucapan muslim tersebut bagaikan petir yang menyambar kepalaku. Aku tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Aku berusaha membuka-buka kembali catatanku dan mencarinya di dalam kitab-kitab Injil dan kitab Kristen lainnya untuk menemukan jawaban yang jelas terhadap pertanyaan lelaki tersebut. Namun aku tidak menemukannya. Tidak ada satu ayat pun yang men-ceritakan bahwa al-Masih berkata bahwa ia adalah Allah atau anak Allah. Lelaki itu telah menjatuhkan mentalku dan menyulitkanku. Aku ditimpa sebuah bencana yang membuat dadaku sempit. Bagaimana mungkin pertanyaan seperti ini tidak pernah terlintas olehku? Lalu aku tinggalkan lelaki itu sambil menundukkan wajah. Ketika itu aku sadar bahwa aku telah berjalan jauh tanpa arah. Aku terus berusaha mencari ayat-ayat seperti ini, walau bagaimanapun rumitnya. Namun aku tetap tidak mampu, aku telah kalah.

Aku pergi ke Dewan Gereja dan meminta kepada para anggota dewan agar berkumpul. Mereka menyepakatinya. Pada pertemuan tersebut aku mengabarkan kepada mereka tentang apa yang telah aku dengar. Tetapi mereka malah menyerangku dengan ucapan, "Kamu telah ditipu orang Arab. Ia hanya ingin meyesatkanmu dan memasukkan kamu ke dalam agama orang Arab." Aku katakan, "Kalau begitu, coba beri jawabannya!" Mereka membantah pertanyaan seperti itu namun tak seorang pun yang mampu memberikan jawaban.

Pada hari minggu, aku harus memberikan pidato dan pelajaranku di gereja. Aku berdiri di depan orang banyak untuk memberikan wejangan. Namun aku tidak sanggup melakukannya. Sementara para hadirin merasa aneh, karena aku berdiri di hadapan mereka tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku kembali masuk ke dalam gereja dan meminta kepada temanku agar ia menggantikan tempatku. Aku katakan bahwa aku sedang sakit. Padahal jiwaku hancur luluh.

Aku pulang ke rumah dalam keadaan bingung dan cemas. Lalu aku masuk dan duduk di sebuah ruangan kecil. Sambil menangis aku menengadahkan pandanganku ke langit seraya berdoa. Namun kepada siapa aku berdoa. Kemudian aku berdoa kepada Dzat yang aku yakini bahwa Dia adalah Allah Sang Maha Pencipta, "Ya Tuhanku... Wahai Dzat yang telah men-ciptakanku... sungguh telah tertutup semua pintu di hadapanku kecuali pintuMu... Janganlah Engkau halangi aku mengetahui kebenaran... manakah yang hak dan di manakah kebenaran? Ya Tuhanku... jangan Engkau biarkan aku dalam kebimbangan... tunjukkan kepadaku jalan yang hak dan bimbing aku ke jalan yang benar..." lantas akupun tertidur.

Di dalam tidur, aku melihat diriku sedang berada di sebuah ruangan yang sangat luas. Tidak ada seorang pun di dalamnya kecuali diriku. Tiba-tiba di tengah ruangan tersebut muncul seorang lelaki. Wajah orang itu tidak begitu jelas karena kilauan cahaya yang terpancar darinya dan dari sekelilingnya. Namun aku yakin bahwa cahaya tersebut muncul dari orang tersebut. Lelaki itu memberi isyarat kepadaku dan memanggil, "Wahai Ibrahim!" Aku menoleh ingin mengetahui siapa Ibrahim, namun aku tidak menjumpai siapa pun di ruangan itu. Lelaki itu berkata, "Kamu Ibrahim... kamulah yang bernama Ibrahim. Bukankah engkau yang memohon petunjuk kepada Allah?" Aku jawab, "Benar." Ia berkata, "Lihat ke sebelah kananmu!" Maka akupun menoleh ke kanan dan ternyata di sana ada sekelompok orang yang sedang memanggul barang-barang mereka dengan mengenakan pakaian putih dan bersorban putih. Ikutilah mereka agar engkau mengetahui kebenaran!" Lanjut lelaki itu.

Kemudian aku terbangun dari tidurku. Aku merasakan sebuah kegembiraan menyelimutiku. Namun aku belum juga memperoleh ketenangan ketika muncul pertanyaan, di mana gerangan kelompok yang aku lihat di dalam mimipiku itu berada.

Aku bertekad untuk melanjutkannya dengan berkelana mencari sebuah kebenaran, sebagaimana ciri-ciri yang telah diisyaratkan dalam mimpiku. Aku yakin ini semua merupakan petunjuk dari Allah SWT. Kemudian aku minta cuti kerja dan mulai melakukan perjalanan panjang yang memaksaku untuk berkeliling di beberapa kota mencari dan bertanya di mana orang-orang yang memakai pakaian dan sorban putih berada. Telah panjang perjalanan dan pencarianku. Setiap aku menjumpai kaum muslimin, mereka hanya memakai celana panjang dan kopiah. Hingga akhirnya aku sampai di kota Johannesburg.

Di sana aku mendatangi kantor penerima tamu milik Lembaga Muslim Afrika. Di rumah itu aku bertanya kepada pegawai penerima tamu tentang jamaah tersebut. Namun ia mengira bahwa aku seorang peminta-minta dan memberikan sejumlah uang. Aku katakan, "Bukan ini yang aku minta. Bukankah kalian mempunyai tempat ibadah yang dekat dari sini? Tolong tunjukkan masjid yang terdekat." Lalu aku mengikuti arahannya dan aku terkejut ketika melihat seorang lelaki berpakaian dan bersorban putih sedang berdiri di depan pintu.

Aku sangat girang, karena ciri-cirinya sama seperti yang aku lihat dalam mimpi. Dengan hati yang berbunga-bunga, aku mendekati orang tersebut. Sebelum aku mengatakan sepatah kata, ia terlebih dahulu berkata, "Selamat datang ya Ibrahim!" Aku terperanjat mendengarnya. Ia mengetahui namaku sebelum aku memperkenalkannya. Lantas ia melanjutkan ucapan-nya, "Aku melihatmu di dalam mimpi bahwa engkau sedang mencari-cari kami. Engkau hendak mencari kebenaran? Kebenaran ada pada agama yang diridhai Allah untuk hamba-Nya yaitu Islam." Aku katakan, "Benar. Aku sedang mencari kebenaran yang telah ditunjukkan oleh lelaki bercahaya dalam mimpiku, agar aku mengikuti sekelompok orang yang berpakaian seperti busana yang engkau kenakan. Tahukah kamu siapa lelaki yang aku lihat dalam mimpiku itu?" Ia menjawab, "Dia adalah Nabi kami Muhammad, Nabi agama Islam yang benar, Rasulullah SAW." Sulit bagiku untuk mempercayai apa yang terjadi pada diriku. Namun langsung saja aku peluk dia dan aku katakan kepadanya, "Benarkah lelaki itu Rasul dan Nabi kalian yang datang menunjukiku agama yang benar?" Ia berkata, "Benar."

Ia lalu menyambut kedatanganku dan memberikan ucapan selamat karena Allah telah memberiku hidayah kebenaran. Kemudian datang waktu shalat zhuhur. Ia mempersilahkanku duduk di tempat paling belakang dalam masjid dan ia pergi untuk melaksanakan shalat bersama jamaah yang lain. Aku memperhatikan kaum muslimin banyak memakai pakaian seperti yang dipakainya. Aku melihat mereka rukuk dan sujud kepada Allah. Aku berkata dalam hati, "Demi Allah, inilah agama yang benar. Aku telah membaca dalam berbagai kitab bahwa para nabi dan rasul meletakkan dahinya di atas tanah sujud kepada Allah." Setelah mereka shalat, jiwaku mulai merasa tenang dengan fenomena yang aku lihat. Aku berucap dalam hati, "Demi Allah sesungguhnya Allah SAW telah menunjukkan kepadaku agama yang benar." Seorang muslim memanggilku agar aku mengumumkan keislamanku. Lalu aku mengucapkan dua kalimat syahadat dan aku menangis sejadi-jadinya karena gembira telah mendapat hidayah dari Allah SWT.

Kemudian aku tinggal bersamanya untuk mempelajari Islam dan aku pergi bersama mereka untuk melakukan safari dakwah dalam waktu beberapa lama. Mereka mengunjungi semua tempat, mengajak manusia kepada agama Islam. Aku sangat gembira ikut bersama mereka. Aku dapat belajar shalat, puasa, tahajjud, doa, kejujuran dan amanah dari mereka. Aku juga belajar dari mereka bahwa seorang muslim diperintahkan untuk menyampaikan agama Allah dan bagaimana menjadi seorang muslim yang mengajak kepada jalan Allah serta berdakwah dengan hikmah, sabar, tenang, rela berkorban dan berwajah ceria.

Setelah beberapa bulan kemudian, aku kembali ke kotaku. Ternyata keluarga dan teman-temanku sedang mencari-cariku. Namun ketika melihat aku kembali memakai pakaian Islami, mereka mengingkarinya dan Dewan Gereja meminta kepadaku agar diadakan sidang darurat. Pada pertemuan itu mereka mencelaku karena aku telah meninggalkan agama keluarga dan nenek moyang kami. Mereka berkata kepadaku, "Sungguh kamu telah tersesat dan tertipu dengan agama orang Arab." Aku katakan, "Tidak ada seorang pun yang telah menipu dan menyesatkanku. Sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW datang kepadaku dalam mimpi untuk menunjukkan kebenaran dan agama yang benar yaitu agama Islam. Bukan agama orang Arab sebagaimana yang kalian katakan. Aku mengajak kalian kepada jalan yang benar dan memeluk Islam." Mereka semua terdiam.

Kemudian mereka mencoba cara lain, yaitu membujukku dengan memberikan harta, kekuasaan dan pangkat. Mereka berkata, "Sesungguhnya Vatikan me-mintamu untuk tinggal bersama mereka selama enam bulan untuk menyerahkan uang panjar pembelian rumah dan mobil baru untukmu serta memberimu kenaikan gaji dan pangkat tertinggi di gereja."

Semua tawaran tersebut aku tolak dan aku katakan kepada mereka, "Apakah kalian akan menyesatkanku setelah Allah memberiku hidayah? Demi Allah aku takkan pernah melakukannya walaupun kalian memenggal leherku." Kemudian aku menasehati mereka dan kembali mengajak mereka ke agama Islam. Maka masuk Islamlah dua orang dari kalangan pendeta.

Alhamdulillah, Setelah melihat tekadku tersebut, mereka menarik semua derajat dan pangkatku. Aku merasa senang dengan itu semua, bahkan tadinya aku ingin agar penarikan itu segera dilakukan. Kemudian aku mengembalikan semua harta dan tugasku kepada mereka dan akupun pergi meninggalkan mereka,” Sily mengakhiri kisahnya.

Kisah masuk Islam Ibrahim Sily yang ia ceritakan sendiri kepadaku di kantorku, disaksikan oleh Abdul Khaliq sekretaris kantor Rabithah Afrika dan dua orang lainnya. Pendeta sily sekarang dipanggil dengan Da’i Ibrahim Sily berasal dari kabilah Kuza Afrika Selatan. Aku mengundang pendeta Ibrahim -maaf- Da’i Ibrahim Sily makan siang di rumahku dan aku laksanakan apa yang diwajibkan dalam agamaku yaitu memuliakannya, kemudian ia pun pamit. Setelah pertemuan itu aku pergi ke Makkah al-Mukarramah untuk melaksanakan suatu tugas. Waktu itu kami sudah mendekati persiapan seminar Ilmu Syar'i I yang akan diadakan di kota Cape Town. Lalu aku kembali ke Afrika Selatan tepatnya ke kota Cape Town.

Ketika aku berada di kantor yang telah disiapkan untuk kami di Ma'had Arqam, Dai Ibrahim Sily mendatangiku. Aku langsung mengenalnya dan aku ucapkan salam untuknya dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan disini wahai Ibrahim.?" Ia menjawab, "Aku sedang mengunjungi tempat-tempat di Afrika Selatan untuk berdakwah kepada Allah. Aku ingin mengeluarkan masyarakat negeriku dari api neraka, mengeluarkan mereka dari jalan yang gelap ke jalan yang terang dengan memasukkan mereka ke dalam agama Islam."

Setelah Ibrahim selesai mengisahkan kepada kami bahwa perhatiannya sekarang hanya tertumpah untuk dakwah kepada agama Allah, ia meninggalkan kami menuju suatu daerah... medan dakwah yang penuh dengan pengorbanan di jalan Allah. Aku perhatikan wajahnya berubah dan pakaiannya bersinar. Aku heran ia tidak meminta bantuan dan tidak menjulurkan tangannya meminta sumbangan. Aku merasakan ada yang mengalir di pipiku yang membangkitkan perasaan aneh. Perasaan ini seakan-akan berbicara kepadaku, "Kalian manusia yang mempermainkan dakwah, ti-dakkah kalian perhatikan para mujahid di jalan Allah!"

Benar wahai sudaraku. Kami telah tertinggal... kami berjalan lamban... kami telah tertipu dengan kehidupan dunia, sementara orang-orang yang seperti Da’i Ibrahim Sily, Da’i berbangsa Spanyol Ahmad Sa'id berkorban, berjihad dan bertempur demi menyampaikan agama ini. Ya Rabb rahmatilah kami.


(SUMBER: SERIAL KISAH TELADAN karya Muhammad Shalih al-Qaththani, seperti yang dinukilnya dari tulisan Dr. Abdul Aziz Ahmad Sarhan, Dekan fakultas Tarbiyah di Makkah al-Mukarramah, dengan sedikit perubahan. PENERBIT DARUL HAQ, TELP.021-4701616)

Kisah Islam Mantan Bintang Pop Terkenal ‘Yusuf Islam’

Kisah seorang artis yang bernama Cat Stevens yang (alhamdulillah) menjadi seorang muslim, kemudian ia dipanggil dengan nama Yusuf Islam. Inilah kisahnya seperti yang ia ceritakan, kami menukilnya secara ringkas.

"Aku terlahir dari sebuah rumah tangga Nasrani yang berpandangan materialis. Aku tumbuh besar seperti mereka. Setelah dewasa, muncul kekagumanku melihat para artis yang aku saksikan lewat berbagai media massa sampai aku mengganggap mereka sebagai dewa tertinggi. Lantas akupun bertekad mengikuti pengalaman mereka. Dan benar, ternyata aku menjadi salah seorang bintang pop terkenal yang terpampang di berbagai media massa. Pada saat itu aku merasa bahwa diriku lebih besar dari alam ini dan seolah-olah usiaku lebih panjang daripada kehidupan dunia dan seolah-olah akulah orang pertama yang dapat merasakan kehidupan seperti itu.

Namun pada suatu hari aku jatuh sakit dan terpaksa di opname di rumah sakit. Pada saat itulah aku mempunyai kesempatan untuk merenung hingga aku temui bahwa diriku hanya sepotong jasad dan apa yang selama ini aku lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan jasad. Aku menilai bahwa sakit yang aku derita merupakan cobaan ilahi dan kesempatan untuk membuka mataku. Mengapa aku berada disini? Apa yang aku lakukan dalam kehidupan ini?

Setelah sembuh, aku mulai banyak memperhatikan dan membaca seputar permasalahan ini, lantas aku membuat beberapa kesimpulan yang intinya bahwa manusia terdiri dari ruh dan jasad. Alam ini pasti mempunyai Ilah. Selanjutnya aku kembali ke gelanggang musik namun dengan gaya musik yang berbeda. Aku menciptakan lagu-lagu yang berisikan cara mengenal Allah. Ide ini malah membuat diriku semakin terkenal dan keuntungan pun semakin banyak dapat aku raih. Aku terus mencari kebenaran dengan ikhlas dan tetap berada di dalam lingkungan para artis. Pada suatu hari temanku yang beragama Nasrani pergi melawat ke masjidil Aqsha.

Ketika kembali, ia menceritakan kepadaku ada suatu keanehan yang ia rasakan di saat melawat masjid tersebut. Ia dapat merasakan adanya kehidupan ruhani dan ketenangan jiwa di dalamnya.

Hal ini berbeda dengan gereja, walau dipadati orang banyak namun ia merasakan kehampaan di dalamnya. Ini semua mendorongnya untuk membeli al-Qur'an terjemahan dan ingin mengetahui bagaimana tanggapanku terhadap al-Qur'an. Ketika aku membaca al-Qur'an aku dapati bahwa al-Qur'an mengandung jawaban atas semua persoalanku, yaitu siapa aku ini? Dari mana aku datang? Apa tujuan dari sebuah kehidupan? Aku baca al-Qur'an berulang-ulang dan aku merasa sangat kagum terhadap tujuan dakwah agama ini yang mengajak untuk menggunakan akal sehat, dorongan untuk berakhlak mulia dan akupun mulai merasakan keagungan Sang Pencipta.

Semakin kuat perasaan ini muncul dari jiwaku, membuat perasaan bangga terhadap diriku sendiri semakin kecil dan rasa butuh terhadap Ilah Yang Maha Berkuasa atas segalanya semakin besar di dalam relung jiwaku yang terdalam.

Pada hari Jum'at, aku bertekad untuk menyatukan akal dan pikiranku yang baru tersebut dengan segala perbuatanku. Aku harus menentukan tujuan hidup. Lantas aku melangkah menuju masjid dan mengumumkan keislamanku.

Aku mencapai puncak ketenangan di saat aku mengetahui bahwa aku dapat bermunajat langsung dengan Rabbku melalui ibadah shalat. Berbeda dengan agama-agama lain yang harus melalui perantara."

Demikianlah Yusuf Islam memeluk agama Islam. Setelah masuk Islam ia tidak hanya duduk di tempat ibadah menyembah Allah yang telah menguasai hatinya dengan kecintaan, namun ia melakukan aktifitas untuk kemaslahatan agama ini. Ia ikut andil di dalam berbagai lembaga dan yayasan Islam yang bergerak di bidang dakwah dan sosial. Semoga Allah memberinya ganjaran yang baik atas sumbangsih yang telah ia berikan kepada kita, agama Islam dan kaum muslimin.

(SUMBER: SERIAL KISAH TELADAN karya Muhammad Shalih al-Qahthani, penerbit DARUL HAQ, telp.021-4701616)

Dr. Abdul Karim Germanus (Guru Besar Orientalis Asal Hongaria)

Dr. Abdul Karim Germanus adalah seorang terkenal dari Honggaria, dan orientalis saintis terkenal di dunia. Beliau datang di India antara perang dunia pertama dan kedua dan beberapa waktu lamanya memberi kuliah di Tagor's University Shanty Naketan. Akhirnya beliau memberi kuliah pada Jamia Millie Delhi dan disanalah beliau masuk Islam. Dr. Abdul Karim Germanus juga seorang ahli bahasa dan mengusai bahasa tueki dan kesusteraanya. Melalui penyelidikan-penyelidikan ketimurannya itulah beliau akhirnya masuk Islam. Dr. Abdul Karim Germanus juga bekerja sebagai professor dan kepala bagian ketimuran dan ilmu-ilmu keislaman pada Budapest University, Honggaria.

Sore itu turun hujan. Usia saya menjelang akil balig, ketika saya membolak balik lembaran-lembaran majalah bergambar terbitan lama. Isinya bermacam-macam, antara kejadian baru, cerita fiktif dan berbagai keterangan tentang negeri jauh. Saya terus membolak-balik halaman, tiba-tiba mata saya tertuju pada sebuah gambar ukiran kayu berbentuk rumah beratap datar, dan di sana sini terdapat kubah-kubah bundar yang menjulang ke langit yang gelap gulita, di mana secercah cahaya nampak dengan indahnya. Di atas salah satu atap itu terlihat beberapa orang duduk dalam barisan yang teratur, megenakan pakaian yang indah coraknya.

Gambaritu telah menangkap daya khayal saya, karena keadaanya berbeda dengan yang biasa kita lihat di Eropa, sebuah pemandangan di tanah timur, di sebuah tempat di negeri Arab yang menggambarkan seseorang yang sedang menceritakan beberapa hikayat yang menarik bagi sekumpulan pendengar yang mengenakan jubah berkurudung. Gambar itu seakan-akan berbicara, hingga saya seakan-akan mendengar suara seorang laki-laki yang menghibur diri saya dengan ceritanya, dan saya seakan-akan termasuk salah seorang dari orang Arab yang mendengarkan di atas bangunan itu. Padahal saya pelajar yang belum melebihi umur16 tahun dan sedang duduk diatas kursi Honggaria. Saya sangat berhasrat untuk mengetahui arti cahaya yang memecah kegelapan di atas papan ukiran itu.

Mulailah saya belajar belajar bahasa Turki. Namun, ternyata bahasa Turki tertulis itu hanya mencakup sedikit kata-kata Turki. Syair Turki penuh dengan bunga-bunga bahasa Parsi, sedangkan prosesnya terdiri dari unsur bahasa Arab. Oleh karena itu, saya berusaha memahami ketiga bahasa itu sehingga saya mampu menyelami dunia kerohanian yang telah memancarkan cahaya yang gemerlapan di atas persada alam kemanusiaan.

Pada waktu liburan musim panas, saya pergi ke Bosnia, suatu negeri Timur yag terdekat dari negeri saya. Saya tinggal di sebuah hotel. Dari sana saya dapat pergi untuk menyaksikan kenyataan hidup kaum muslimin di negeri itu. Bahasa Turki mereka menyulitkan saya, karena saya mulai mengetahuinya dari celah-celah tulisan Arab dalam kitab-kitab ilmu nahwu(Grammar).

Pada suatu malam, saya turun ke jalan-jalan yang diterangi lampu remang- remang. Saya lalu sampai di sebuah warung kopi sederhana, di mana dua orang pribumi sedang duduk-duduk di atas kursi yang agak tinggi sambil memegang kayf. Kedua orang itu mengenakan celana adat yang agak lebar dan di tengahnya diikat dengan sebuah sabuk lebar yang diselipi sebuah golok, sehingga dengan pakaian yang aneh seperti itu mereka tampak galak dan kasar. Dengan hati yang berdebar-debar saya masuk di dalam "Kahwekhame" itu dan duduk bersandar dalam si sudut ruangan. Kedua orang itu melihat kepada saya dengan pandangan yang aneh. Ketika itu terlihatlah kepada saya cerita-cerita pertumpahan darah yanga saya baca dalam buku yang berisi kefanatikan kaum muslimin. Mereka berbisik-bisik, dan apa yang mereka bisikkan itu, jelas tentang kehadiran saya yang mungkin tidak mereka inginkan. Bayangan kekanak-kanakan saya menunjukkan akan terjadinya tindakan kekerasan, kedua orang itu pasti akan menancapkan goloknya ke dada saya yang kafir ini. Kalau bisa saya ingin keluar dari tempat ini dan bebas dari ketakutan, akan tetapi badan saya menjadi lemas dan tidak bisa bergerak.

Beberapa saat kemudian, seorang pelayang datang dan menghidangkan secangkir kopi yang harum sambil menoleh kepada kedua orang yang menakutkan itu. Saya pun menoleh kepada mereka dengan muka ketakutan, akan tetapi ternyata mereka mengucapakan salam kepada saya dengan suara yang ramah sambil tersenyum tipis. Dengan sikap yang ragu-ragu saya mencoba berpura-pura tersenyum, dan kedua orang "musuh"itu pun berdiri mendekati saya, sehingga jantung saya berdebar lebih keras, membayangkan kemungkinan orang-orang itu akan mengusir saya, akan tetapi ternyata kedua orang itu mengucapkan salam kepada saya kedua kalinya, dan mereka duduk didekat saya. Seorang diantaranya menyodorkan rokok kepada saya dan sekalian menyulutkannya, ternyata dibalik sisi lahirnya yang kasar dan menakutkan itu terdapat jiwa yang mulia. Saya mengumpulkan kembali keberanian saya dan saya bercerita kepada mereka dengan bahasa Turki yang patah-patah, kata-kata saya itu ternyata menarik perhatian mereka dan tampak dalam kehidupan mereka jiwa persahabatan dan cinta kasih. Kedua orang itu mengundang saya agar berkunjung ke rumah mereka, kebalikan dari permusuhan yang saya duga semula. Mereka menunjukkan kasih sayang kepada saya kebalikan dari menancapkan golok di dada saya yang saya bayangkan semula.

Itulah perjumpan saya yang pertama dengan kaum muslimin.

Beberapa tahun telah lewat dalam hidup saya yang penuh dengan perjalanan dan studi. Semua itu membuka mata saya kearah pandangan baru yang menakjubkan .

Saya berkunjung ke semua negeri di Eropa mengikuti kuliah di Universitas Istambul, menikmati keindahan bersejarah Asia kecil dan Syiria, belajar bahasa Turki, Persia dan Arab serta mengikuti kuliah dan ilmu ilmu keislaman Universitas Budapest. Segala ilmu pengetahuan yang tersimpan dalam buku-buku abad lampau saya baca dengan pandangan kritis, dan jiwa yang kehausan. Pada buku-buku itu saya menemukan titik-titik terang tentang berbagai lapangan ilmu pengetahuan. Saya merasakan kenikmatan bernaung di bawah kehidupan beragama. Otak saya menjadi beku, akan tetapi jiwa saya tetap kehausan. Karena itu saya mencoba melepaskan diri dari segala ilmu pengetahuan yang selama ini saya kumpulkan, agar saya dapat kembali bebas dari segala kotoran dalam semangat mencari kebenaran. Bagaikan besi mentah yang menjadi baja yang keras dengan cara dilebur dan diberi temperatur rendah secara tiba-tiba.

Pada suatu malam saya bermimpi, seakan-akan Muhammad Rasulullah saw.dengan jenggotnya yang panjang berwarna henna, jubahnya yang besar dan rapi menyebarkan bau wangi harum dan semerbak dan cahaya kedua belah matanya mengkilat penuh wibawa itu tertuju kepada saya. Dengan suara lemah lembut, beliau bertanya kepada saya,"Kenapa engkau bingung? Sebenarnya jalan yang lurus telah terbentang dihadapanmu, amat terbentang bagaikan permukaan bumi. Berjalanlah diatasnya dengan langkah yang mantap dan dengan kekuatan iman."

Dalam mimpi ajaib ini, saya menjawab dengan bahasa arab, "Ya Rasulullah! Memang itu mudah buat Tuan, Tuan adalah perkasa. Tuan dapat menundukkan setiap lawan pada waktu Tuan memulai perjalanan Tuan dengan bimbingan dan pertolongan Allah. Bagi saya tetap sulit. Siapakah yang tahu kapan saya dapat menemukan ketenangan?"

Beliau menatap tajam kepada saya dengan penuh pengertian. Sejenak beliau berfikir, kemudian bersabda dengan bahasa Arab yang jelas, yang setiap katanya berdentang bagai suara lonceng perak. Dengan lisannya yang mulia yang mengemban perintah Allah itu meresap kedalam jiwa saya, beliau membacakan ayat ke-6 sampai dengan ke-9 surat An Naba' yang artinya "Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak?dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan,dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat."

Dalam kepeningan, saya berkata, "Saya tidak bisa tidur. Saya mampu menembus segala misteri yang meliputi segala rahasia yang tebal ini. Tolonglah saya Muhammad! Tolonglah saya Rasulullah!" Begitulah yang keluar dari kerongkongan saya, suara teriakan yang terputus-putus, seakan-akan saya tercekik dengan beban yang berat ini. Saya takut kalau Rasulullah saw. marah kepada saya. Kemudian saya merasa terjatuh kesebuah tempat yang amat dalam. Tiba-tiba terbangunlah saya dari mimpi itu dengan badan bercucuran keringat yang hampir-hampir bercampur darah. Seluruh anggota badan terasa sakit. Saya menjadi sangat sedih dan suka menyendiri.

Pada hari Jumat berikutnya terjadilah sebuah peristiwa besar dalam masjid Jami' New Delhi. Seorang asing berwajah lesu dan rambut beruban menerobos masuk disertai beberapa orang pemuda di antara jemaah yang beriman. Saya mengenakan pakaian India dan berkopiah rampuri, sedangkan di dada saya tertampang medali-medali Turki yang telah dianugerahkan oleh para sultan Turki terdahulu kepada saya. Kaum muslimin dalam masjid itu melihat saya dengan keheranan. Rombongan saya mengambil tempat di dekat mimbar, tempat para ulama dan para terkemuka duduk. Mereka mengucapkan salam kepada saya dengan suara yang tinggi melengking.

Saya duduk didekat mimbar yang penuh perhiasan, sedangkan tiang-tiang di dekat masjid penuh dengan sarang laba-laba. Terdengarlah suara azan dan para mukabbir berdiri di berbagai tempat untuk meneruskan suara azan ketempat sejauh yang mungkin dicapainya. Selesai adzan, berdirilah orang-orang yang jumlahnya hampir empat ribu untuk salat, sekan akan barisan tentara memenuhi seruan Allah dengan berjajar rapat, tekun dan khusuk. Saya sendiri termasuk salah seorang yang khusuk itu. Kejadian itu sungguh merupakan momentum yang agung.

Selesai salat, Abdul Hay memegang tangan saya untuk berdiri di muka mimbar. Saya berjalan hati-hati agar tidak menyentuh orang yang duduk berbaris. Waktu peristiwa besar sudah dekat. Saya berdiri dekat mimbar lalu berjalan di antara orang banyak yang saya lihat berupa beribu-ribu kepala bersorban, seakan-akan kebun bunga. Mereka melihat dengan penuh perhatian kepada saya. Saya berdiri dikelilingi para ulama dengan jenggot yang kelabu dan penglihatan yang memberi kekuatan. Lalu mereka mengumumkan tentang diri saya, satu hal yang tidak dijanjikan sebelumnya. Tanpa ragu-ragu saya naik ke mimbar sampai tangga yang ke tujuh, lalu saya menghadap kepada orang banyak yang seakan-akan tidak ada ujungnya dan seperti lautan yang berombak. Semua punduk merunduk kepada saya, di halaman masjid semua orang bergerak. Saya mendengar orang yang dekat kepada saya berkali-kali mengucapkan maasya Allah disertai pandangan yang memancarkan rasa cinta kasih. Kemudian mulailah saya berbicara dalam bahasa Arab.

"Tuan-tuan yang terhormat, saya datang dari negeri yang jauh untuk mencari ilmu yang tidak bisa didapat di negeri saya, saya datang untuk memenuhi hasrat jiwa saya dan tuan-tuan telah mengabulkan harapan saya itu."

Lalu saya berbicara tentang peredaran zaman yang dialami oleh Islam dalam sejarah dunia dan tentang beberapa mukjizat yang Allah gunakan untuk memperkuat Rasul-Nya saw.. Saya juga kemukakan tentang keterbelakangan kaum muslimin pada zaman akhir-akhir ini, tentang cara-cara yang mungkin bisa mengembalikan kebesaran yang telah hilang dan tentang adanya sebagian orang Islam yang mengatakan bahwa segala sesuatu sepenuhnya tergantung kepada kehendak Allah SWT, padahal Allah telah berfirman dalam Al Qur'anul karim, "Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka sendiri mau mengubah keadaan dirinya."

Saya memusatkan pembicaraan saya kepada persoalan ini dengan mengemukakan ayat-ayat kitabullah. Kemudian tentang peningkatan hidup yang sici atau taqwa dan perlunya memerangi perbuatan dosa.

Seusai berbicara, saya pun duduk istirahat. Saya berbicara dengan penuh perasaan, dan saya dengar orang-orang di seluruh pelosok masjid berteriak "Allahu Akbar!!!" Terasalah pengaruh dan semangatnya yang merata ke seluruh tempat, dan saya tidak bisa mengingat-ingat lagi apa yang kemudian terjadi, selain di atas mimbar, Aslam memanggil dan memegang pergelangan tangan saya keluar dari masjid.

Saya bertanya kepadanya, "Mengapa terburu-buru?" Orang-orang berdiri dan memeluk saya. Berapa banyak orang miskin yang melihat dengan mata sayu kepada saya, meminta doa restu dan mereka ingin dapat mencium kepala saya. Saya berseru kapada Allah supaya tidak membiarkan jiwa-jiwa yang tidak berdosa ini melihat kepada saya seakan -akan saya berderajat lebih tinggi daripada mereka. Padahal saya tidak lebih dari salah satu binatang yang melata di bumi, atau seorang yang lain. Saya merasa malu menghadapi harapan orang- orang suci itu, dan saya merasa seakan-akan telah menipu mereka. Alangkah beratnya beban yang menupuk pada bahu penguasa dan sultan. Orang yang menaruh kepercayaan dan minta pertolongan kepadanya dengan perkiraan bahwa penguasa itu dapat mengerjakan apa yang mereka sendiri tidak mampu.

Aslam mengeluarkan saya dari kerumunan dan pelukan saudara-saudara saya yang baru, dan mendudukkan saya pada sebuah tonga (kendaraan roda dua di India) dan membawa saya pulang. Pada hari-hari berikutnya, orang berbondong-bondong menemui saya untuk menunjukkan suka cita, dan saya merasakan kecintaan dan kebaikan mereka cukup menjadi bekal selama hidup saya.

Sumber: Limaa Dzaa Aslamnaa? Rabithah Alam Islamy Makkah al-Mukarramah
(Buku Limaa Dzaa Aslamnaa? oleh Rabithah Alam Islamy Makkah al-Mukarramah telah diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerbit Cahaya Press, Jln. F, No. 46, Cip. Muara, Kalimalang, telp. (021)8580649, Fax. (021)85909667, Jakarta Timur 13420, PO BOX 7837 JAT CC 13340, dengan judul Islam Pilihan Kami: Kisah Para Tokoh dan Ilmuwan Dunia Mendapat Hidayah) 

al-islahonline.com

Al-Haj Lord Headly al-Farooq (Negarawan dan Bangsawan Inggris)

Lord Headly al-Farooq dilahirkan pada tahun 1855. Beliau adalah salah seorang bangsawan inggris, negarawan dan pengarang. Belajar pada universitas Cambridge dan menjadi seorang bangsawan pada tahun 1877, mengabdikan diri dalam kemiliteran dengan pangkat kapten, dan terakhir sebagai letnan kolonel dalam Batalion IV Infanteri di North Minister Fusilier. Walaupun seorang insinyur, beliau berkecimpung juga dalam bidang kesusastraan. Beliau pernah menjabat sebagai redaktur surat kabar Salisbury Journal dan banyak mengarang buku, dan yang paling terkenal ialah A Western Awakening to Islam.

Beliau menyatakan keislamannya pada tanggal 16 November 1913 dan berganti nama menjadi Syekh Rahmatullah al-Farooq. Beliau banyak melakukan perjalanan, dan pernah mengunjungi India pada tahun 1928.

Berikut ini pernyataannya!

Mungkin ada kawan saya yang mengira bahwa saya telah terpengaruh oleh orang-orang Islam. Dugaan itu tidak benar, sebab kepindahan saya kepada agama Islam timbul dari kesadaran saya sendiri, hasil pemikiran saya sendiri.

Saya bertukar pikiran dengan orang-orang Islam terpelajar tentang agama. Dan, perlu pula saya kemukakan bahwa saya sangat gembira setelah tahu bahwa tenyata semua teori dan kesimpulan saya seluruhnya cocok dengan Islam.

Kesadaran beragama, sebagaimana yang ditegaskan oleh Alquran, haus timbul dari kebebasan memilih dan putusan yang spontan, dan tidak boleh ada paksaan. Mengenai hal itu, Yesus al-Masih menyatakan kepada para pengikutnya, "Dan, orang tidak akan dapat menerima kamu atau memperhatikan kata-kata kamu apabila kamu meninggalkan dia." (Injil Markus, VI. 2).

Saya banyak mengetahui tentang aliran Protestan yang fanatik, yang berpendapat bahwa kewjiban mereka ialah mendatangi rumah-rumah orang Katolik Romawi untuk mengushakan supaya kawan-kawan se"kandang"nya itu bertobat. Tidak bisa diragukan lagi bahwa tindakan yang menyolok ini adalah suatu tindakan yang tidak jujur, bahkan setiap jiwa yang murni akan mengutuknya, karena hal itu dapat membangkitkan pertentangan-pertentangan yang menodai keluhuran agama. Maaf saya katakan, bahwa kebanyakan misi Masehi juga telah mengambil langkah-langkah yang sama terhadap sudara-saudaranya yang memeluk agama Islam. Saya tidak habis pikir, mengapa mereka selalu berusaha memurtadkan orang-orang yang pada hakikatnya lebih dekat kepada ajaran Yesus yang sebenarnya daripada mereka sendiri?! Saya katakan demikian, sebab dalam hal kebaikan, toleransi, dan keluasan berpikir, akidah Islam lebih dekat kepada ajaran Yesus, daripada ajaran-ajaran sempit dari gereja-gereja Kristen sendiri.

Sebagai contoh ialh aliran Atnali yang mengecam akidah trinitas dengan keterangannya yang sangat membingungkan. Aliran ini sangat penting dan berperan menentukan dalam salah satu ajaran pokok gereja, menyatakan dengan tegas bahwa dia mewakili ajaran Katolik, dan kalau kita tidak percaya kepadanya, kita akan celaka selama-lamanya. Tetapi, kita dihauskan olehnya supaya percaya kepada akidah trinitas. Dengan kata lain, kita diwajibkan beriman kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Agung, kemudian pada waktu yang sama kita diharuskan menutupinya dengan kezaliman dan kekejaman, seolah-olah kita menutupi manusia yang paling jahat. Sedangkan Allah SWT amat jauh dari kemungkinan bisa dibatasi oleh rencana manusia lemah yang mempercyai akidah trinitas atas Tatslits.

Masih ada satu contoh lagi tentang kemauan berbuat baik. Saya pernah menerima surat tentang kecenderungan saya kepada Islam di mana penulisnya menyatakan bahwa apabila saya tidak percaya kepda ketuhanan Yesus Kristus, saya tidak akan mendapat keselamatan. Padahal, soal ketuhanan Yesus itu menurut pendapat saya tidak sepenting soal "apakah Yesus Kristus telah menyampaikan risalah Tuhan kepada manusia atu tidak". Jika saya meragukan soal ini, pastilah pikiran saya akan tergoncang. Akan tetapi, alhamdulillah, saya tidak ragu-ragu sedikit pun, dan saya harap bahwa kepercayaan saya kepada Yesus dan segala ajarannya tetap kuat seperti keyakinan setiap orang Islam atau setiap pengikut Yesus Kristus. Sebagaimana yang sering saya kemukakan bahwa agama Islam dan agama Kristen yang diajarkan oleh Yesus sendiri, adalah laksann dua saudara sepupu. Antara kedua agama itu hanya berbeda dengan adanya dogma-dogma dan tata cara yang mungkin tidak diperlukan.

Sekarang ini manusia sudah mulai menjurus kepada ketiadaan iman kepada Allah SWT manakala mereka diminta supaya percaya kepada dogma-dogma dan kepercayaan-kepercayaan yang berpandangan sempit, dan dalarn waktu yang bersamaan, rnanusia haus kepada suatu agama yang dapat berbicara kepada akal dan athifah (sentimen) kemanusiaan.

Siapakah yang pernah mendengar ada seorang muslim menjadi seorang ateis? Memang mungkin ada beberapa kejadian, tetapi saya sangat meragukannya. Saya tahu ada beribu-ribu orang pria dan wanita, yang dalam hatinya adalah muslim, tetapi mereka tidak berani mengemukakan isi hatinya secara terang-terangan, supaya bisa nenghindari gangguan dan kesulitan yang akan dialami kalau mereka menyatakan keislamanya secara terbuka. Justru saya sendiri mengalami yang demikian itu selama 20 tahun. Keirnanan saya secara terang-terangan menyebabkan hilangnya pikiran baik dan teman-teman saya.

Saya telah menerangkan alasan saya, mengapa saya menghormati ajaran-ajaran Islam, dan saya umumkan bahwa saya sendiri telah merneluk Islam lebih baik daripada sawaktu saya masih seorang Kristen. Saya hanya bisa mengharap bahwa kawan-kawan saya mau mengikuti contoh ini yang saya tahu adalah suatu contoh yang baik, yang akan membawa kebahagiaan kepada setiap orang yang memandang langkah hidup saya sebagai suatu kemajuan dan jauh dari bersifat bermusuhan terhadap Agama Kristen.

Sumber: Limaa Dzaa Aslamnaa? Rabithah Alam Islamy Makkah al-Mukarramah 
al-islahonline.com